Sunday, November 25, 2012

Awan Ke-9



"Boleh tak jangan kau terus sakiti hati aku lagi?"

"Ah. Apa apa saja lah. Bye."


Hujan hati berguguran. Satu persatu manik-manik perasaan itu kelihatan jatuh dari ruang mata nya. 

Perasaan. 

Mainan. Igauan. Perselisihan. 

Dia sudah tidak berdaya. Jika terus diidam bulan jatuh ke riba, jiwa bisa jadi gila.

Lalu,


"Hello, Sang Awan"

"Hello, gadis"

"Lama tidak dengar berita"

"Aku hilang bukan maksudnya tiada"

"Hiburkan lara hatiku"

"Bagaimana?"

"Terserah"

"Nyanyian?"

"Boleh juga"


Dan lara itu kian hilang demi terdengarnya tiupan bait-bait manis Sang Awan.


Jika bisa, mahu dihenti nya putaran masa. 

Badan di bumi, tapi segala yang didalamnya - hati, minda, jiwa, emosi, fikiran - ada di atas sana, di awan ke-sembilan.

Persetankan yang lain. Dia cuma mahu tinggal di atas sana. Manis, tiada pernah pahit. Indah, tiada pernah gelita. Bahagia, tiada pernah sengsara.

Cuma itu mungkin terlalu sempurna. Dan setiap yang terlalu sempurna itu hanya lah bayangan idaman jiwa yang kekeringan. Menjadikannya kosong dan sia-sia.


"Hello, gadis. Apa kau fikirkan?"

"Kesempurnaan yang tiada"

"Apa?"

"Banyak soal lah kau."

"Maaf."

"Ya. Jangan tinggalkan aku."

"Mana mungkin..."

"Jangan."

"Maaf."

"Awan..."

"Maaf."


Hilang tiupan damai.

Terjatuh dia ke alam nyata.

Dan satu persatu manik-manik perasaan itu kelihatan jatuh dari ruang mata nya. 


Sekali lagi. 


Sendiri menanti.




source: vi.sualize.us





2 cupcakes:

Dian N said...

GITOHHHHHHH! hikhik

jannahMDISA said...

APA NYA??? Hahaha!

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...