Friday, November 2, 2012

Surat untuk Sang Awan


Tika diriku hilang punca 
Kau muncul dari atas sana
Jauh pergi diriku kau bawa
Jauh dari laman hati luka

Hati ini masih sangsi
Mungkin niatmu beza dari pekerti
Harap ku kau tidak sekeji
Bulan yang pergi tidak kembali

Sangsi ku palsu, wahai awan,
Kau kawan, bukan lawan,
Kata kau, "senyum lah, jangan rawan",
Luka ku hilang, hati tertawan.

Sedang ku nyaman menumpang lindung
Dikejut kenyataan membawa mendung
Yang kau bukan untuk ku bendung
Timbul rasa hampa terpaksa ku kerudung.

Ku kata, "aku harus pergi"
Kau diam, senyum tiada lagi,

Kau kata, "janganlah pergi nanti sunyi"
Aku senyum, meski hati mula sepi. 

Lalu aku pergi, hati terbelah,
Bersama tangis, bersama lelah.





Maaf.
Aku terkhilaf.


Ingin memiliki yang bukan milikku.

Ingin bersatu dengan yang berdua.


Biar matahari sinari gelap hati ini.




2 cupcakes:

Atiqah Shaharudin said...

Awan.
Tempat berteduh, tempat berhujan.
Kadang diperlukan, kadang terbeban.
Tahan?

Kalau hati cakap ya,
teruskan. :]

jannahMDISA said...

tak pernah terbeban. tediah.

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...